Story Telling

Story Telling untuk pembelajaran Anak Usia Dini

story telling atau bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam menyajikan sebuah cerita kepada orang lain dengan atau tanpa alat, yang bertujuan menyampaikan pesan atau informasi yang bersifat mendidik. Bercerita pada anak usia dini bertujuan agar anak didik mampu mendengar dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain, ia dapat bertanya apabila tidak memahaminya, selanjutnya ia dapat mengekspresikan terhadap apa yang dicertakan, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun dilaksanakan.

Kehebatan dan manfaat dari bercerita:

- bercerita merupakan dasar komunikasi bagi seluruh manusia.
- bersifat alamiah dalam mentransfer ide dan nilai-nilai.
- indra pendenganran dapat difungsikan dengan baik.
- membantu anak memahami suatu budaya
- memupuk rasa memiliki terhadap keluarga, budaya, temen-teman dll.
- dapat merefleksikan keragaman pengalaman manusia
- dapat membantu mengembangkan rasa empati atas kondisi orang lain.
- menambah pengalaman dan wawasan dari sumber yang berbeda
- menciptakan keakraban, kepedulian dan mempererat persahabatan.
- membantu meningkatkan skill komunikasi dan percaya diri
- mengembangkan imajinasi dan membantu perkembangan intelektual
- mengembangkan kemampuan mendengar.
- menambah kosa kata.
- merangsang anak gemar membaca.

Jenis-jenis certita
1. Cerita tertulis
Cerita yang diciptakan oleh pengarang serta dipublikasikan, cerita ini sulit diceritakan kembali. Contoh berbagai jenis buku cerita.
2. Cerita bersejarah
Cerita tentang tokoh atau kejadian pada masa lalu. Contoh: candi borobudur, Cut Nyak Dien, dll.
3. Cerita Nyata
Cerita yang ditemui dari buku, surat kabar, radio, televise, film, atau dari media lainnya. Contoh: tsunami dll.
4. Cerita khayalan atau tidak nyata (fiksi)
Cerita tentang sesuatu yang tidak nyata/khayalan, namun masih memiliki pesan moral, sehingga sangat disukai anak. Contoh: cerita fabel (binatang yang seolah-olah dapat seperti manusia dll)
5. Cerita pengalaman
Cerita sehari-hari yang didapatkan dari keluarga, teman atau saling berbagi pengalaman dimasa yang lalu.
6. Cerita pribadi
Cerita tentang kejadian-kejadian yang terjadi pada keluarga biasanya dalam bentuk topik, cerita, petuah keluarga, tradisi atau sesuatu yang penting tentang keluarga besar dll.

Selain jenis-jenis cerita tersebut diatas, cerita juga dibedakan menurut sumbernya menjadi dua yaitu:

1. Dongeng Rakyat
Dongeng yang diceritakan orang-orang, kadang-kadang telah berumur ribuan tahun namun selalu menarik untuk diceritakan kembali. Contoh: Malinkundang dll.
2. Cerita Spontan
Cerita yang dikarang sendiri, diciptakan sendiri dan dapat direkayasa berdasarkan keinginan sendiri, baik itu cerita yang menyenangkan, menyedihkan, atau cerita nyata, dll.

Teknik penyampaian cerita spontan
a. Cerita per-suku kata
Setiap orang yang hadir menyumbang satu kata dalam cerita ini secara bergantian dan pimpinan dapat menunjuk giliran setiap peserta untuk menyambung rangkaian cerita sebelumnya, dan pada gilirannya semua peserta terlibat aktif didalamnya. Dan kemudian tercipta suatu hasil rangkaian cerita yang menarik dari para peserta juga akhirnya dinikmati oleh semua peserta yang berpartisipasi.

Contoh:
Pada suatu hari ada seorang …………., tinggal di……….., dengan ………..Suatu pagi ia menemukan……….,dan…………lalu ia membawanya pulang ke ……….., dsb

Syaratnya : Ketika kita melakukan ini usahakan ceritanya lucu dan mudah diikuti, jangan memaksa mereka walaupun ceritanya agak terdengar ganjil.
Ingat cerita ini jangan panjang – panjang kalau perlu agak berfantasi.

b. Cerita dibalik kertas
Cara ini juga merupakan cara yang sangat menarik bagi anak-anak. Ambil selembar kertas dan mulailah kita mengeluarkan suara tangis dan air mata sambil menutupi wajah kita dengan kertas, Coba perhatikan reaksi anak-anak tersebut, apa yang terjadi, seperti apa ekspresi wajah mereka. Dan dari sini kita juga dapat merangsang imajinasi anak untuk menceriterakan apa yang terjadi barusan. Atau bisa dilanjutkan dengan cerita yang lainnya.

c. Cerita berdasarkan pemilihan huruf dari A-Z
Sodorkan beberapa abjad/huruf pada anak-anak, suruh mereka memilih beberapa huruf sesuai dengan keinginannya, serahkan pada pencerita. Maka mulailah kita bercerita sesuai dengan urutan abjad yang mereka sodorkan. Dan kalau perlu libatkan juga mereka untuk menciptakan kata lainnya dari huruf tadi. Cara ini dapat membantu pengenalan huruf, bentuk, kata, arti, warna dll sehingga mereka terlibat dalam cerita ini.

d. Rangkaian cerita berdasarkan kata-kata
Tentukan suatu objek cerita, lalu mintakan mereka untuk menyebutkan beberapa kata secara bergiliran, gunakan kata-kata yang pendek –pendek saja. Selanjutnya rangkai menjadi suatu cerita pendek yang menarik. Tantang yang lainnya untuk membuat cerita yang sama dari kata kata yang sama dan terakhir beri penghargaan bagi peserta yang dapat menciptakan cerita dari rangkaian kata yang lebih logis dan cepat serta menghibur.

e. Memaparkan gambaran dikepala
Coba bayangkan sesuatu objek, misalnya istana megah, seekor naga, sebuah gubuk,seorang putri cantik, seekor monster atau apa saja. Kemudian suruh semua anak memejamkan mata untuk membayangkan salah satu objek tersebut. Selanjutnya suruh mereka menggambarkan apa yang ada dalam benaknya secara bergantian. Pada awalnya mungkin mereka sukar membayangkan sesuatu, tapi kalau dirangsang maka intelektualitas mereka akan berkembang menjadi lebih kreatif dan dapat menggambarkan berbagai imajinasi.

f. Cerita sambil menggunakan gerakan
Mulailah pencerita meminta bantuan anak membuka telapak tangannya, lalu ceritakan bagian-bagian tangannya itu untuk bahan cerita selanjutnya, teruskan cerita tersebut pada setiap bagian jari tangannya, lalu gerakan, goyangkan, tekuk, bunyikan dll. Atau juga dapat menggunakan anggota tubuh lainnya yang lazim dijadikan bahan cerita seperti kaki, kepala dll.

Peralihan dari membaca cerita ke bercerita aktif!!
Bercerita dan membaca cerita dari buku, itu berbeda. Membaca memerlukan ilustrasi, narasi dan karakter yang ada didalamnya. Artinya tidak ada buku tidak ada cerita!
Lain halnya dalam bercerita, kita dituntut untuk bertanggungjawab dalam memilih kata yang tepat, merangkai cerita yang menarik, ide yang cemerlang, logis, berimajinasi, menggunakan alat bantu yang tepat, berimprovisasi dan inovatif serta efisien.

Semoga Bermanfaat

Sumber : Materi Diklat PAUD Jateng 2008

Jenis Perilaku Anak Usia Dini

Tahun 1932, Mildred Parten mengamati anak-anak di program anak usia dini. Jenis-jenis hubungan sosial yang dijelaskan disini, didokumentasikan dalam penelitiannya. Ia mengelompokan anak-anak dalam 6 kategori yaitu:
1. Perilaku Penonton
Anak memperhatikan anak lain saat bermain. Mereka mungkin berhubungan secara lisan, tetapi tidak ikut main.


2.Sosial Sendiri
Anak terlibat dalam main dengan diri sendiri. Main yang dimaksud sepenuhnya mengatur sendiri.


3. Perilaku Tidak Perduli
Anak tidak bermain, tetapi terlibat dalam “perilaku tidak peduli.”



4. Sosial Berdampingan
Anak main dekat dengan anak lainnya. Anak terlibat dalam permainan nya sendiri, tetapi senang dengan kehadiran anak lainnya.
>

5.Sosial Bersama
Anak main dengan anak lainnya dalam satu kelompok. Ia dapat bertukar bahan main, tetapi tidak ada tujuan yang direncanakan.
>

6. Sosial Bersama
Anak main dengan anak lain dan mainnya memiliki tujuan yang direncanakan. Anak merencana-kan dan berperan.
>

Semoga Bermanfaat :)


Sumber : Materi Diklat PAUD Jateng 2008

PERKEMBANGAN ANAK

PERKEMBANGAN ANAK
Garis waktu perkembangan anak

Lahir – 12 Bulan (The Awakening)




Tonggak perkembangan anak ditahun pertama:
Mengembangkan rasa percaya dan ikatan dengan orang lain
Mengulang-ulang kegiatan (ex:menendang)
Senyum sosial (1 – 4 bln)
Mulai membuat suara dan menjawab percakapan
Takut pada orang asing (bulan terakhir 10 bln)
Ketetapan benda (mulai 10 -12 bln)
Mengulang kembali gerakan untuk kesenangan
Menjelajah lingkungan seiring peningkatan pengendalian tubuh



Lingkungan untuk bayi:
•Harus aman, merangsang, menghargai, konsisten dan tanggap
•Pengasuh harus memiliki pengetahuan perkembangan anak
•Harus menyediakan bermacam ragam bahan main yang mudah dijangkau sehingga anak dapat berhubungan dengan bahan tsb
•Harus secara rutin memberikan perhatian pada setiap anak dan pengalaman-pengalaman belajar
•Harus menyediakan kesempatan waktu main di lantai dengan bahan-bahan main, anak lainnya, dan orang dewasa yg merawat
•Harus menyediakan setiap bayi dengan jadwal masing-masing

1 – 3 Tahun

Tonggak perkembangan anak dari 1 tahun hingga 3 tahun:
Mencari kekuatan/kemandirian
Tantrum/mengamuk
Munculnya bahasa
Perkembangan lanjutan baik keterampilan gerakan kasar maupun halus
Munculnya main peran (ex: memakai sepatu dewasa)
Mulai main sosial dengan anak lain
Mulai latihan ke kamar kecil
Senang pada kebiasaan dan rutinitas




Lingkungan untuk anak 1 – 3 Tahun:
•Harus menawarkan bermacam-macam bahan main dan pilihan
•Harus menerima bahwa mengamuk adalah bagian normal dari perkembangan
•Harus mengabaikan mengamuk dan mendorong perkembangan bahasa
•Harus membedakan antara mengamuk untuk mengendalikan orang atau memang ada kebutuhan untuk disayang
•Harus ada orang dewasa yang berinteraksi dengan anak, mencontohkan dan menyandikan tindakan dengan bahasa
•Harus memberikan pengalaman dengan musik, nyanyian, dongeng, main jari, dan kegiatan lain yang memperkuat perkembangan bahasa
•Harus ada orang dewasa dan bahan-bahan yang mendukung perkembangan main peran

•Harus menyediakan ruang dan bahan main di dalam dan di luar ruangan untuk mendukung penjelajahan, penemuan, dan kemandirian
•Harus ada orang dewasa yang memberikan perhatian pada perbedaan setiap anak dan mendukung keberhasilan tanpa rasa malu atau bersalah ketika latihan ke kamar kecil
•Harus menyediakan jadwal yang dapat diperkirakan sebelumnya, menerangkan perubahan pada anak, dan memberikan waktu pada anak untuk peralihan
•Harus ada orang dewasa yang ajeg dalam menanggapi anak




3 – 6 Tahun

Tonggak perkembangan anak dari usia 3 tahun hingga 6 tahun:
Melanjutkan pengendalian pada gerakan kasar dan halus
Peningkatan perkembangan bahasa
Menggunakan bahasa untuk memecahkan masalah
Menggunakan bahasa untuk memperkuat main dengan teman sebaya dan orang dewasa
Mulai munculnya hubungan sosial bekerjasama dengan anak lain
Mampu menggunakan berbagai jenis bahan main
Kemajuan dari sensorimotor atau main proses pada anak toddler ke kemampuan untuk mewakili dunia nyata dalam balok, papan lukis, dan bermacam-macam bahan main pembangunan lainnya




Lingkungan untuk anak usia 3 sampai 6 tahun:
•Harus menyediakan kesempatan main di dalam dan di luar ruangan
•Harus menyediakan kesempatan kepada anak untuk mengadakan hubungan dengan orang dewasa dan anak lainnya dalam lingkungan yang kaya dengan bahasa
•Harus menyediakan pengalaman dengan musik, sajak, cerita, dan main peran untuk memperkuat perkembangan bahasa
•Harus ada orang dewasa yang menjadi contoh dan mendukung perkembangan bahasa anak untuk memecahkan masalah
•Harus menyediakan bermacam ragam bahan main yang mendukung tiga jenis main (sensorimotor, peran, dan pembangunan)
•Harus menyediakan kesempatan harian untuk anak main dengan bermacam ragam bahan main
•Harus ada orang dewasa yang memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk mendukung perkembangan anak melalui main


Sumber : Materi Diklat PAUD Jateng 2008